Hai, aku Toriyu. Kalian pasti pernah merasa bingung dengan percakapan bahasa Jepang yang menggunakan kata-kata seperti “chotto” atau “maa maa,” kan? Sulit memahami maksud sebenarnya, apalagi perasaan orang yang kita ajak bicara. Di kantor, pernah nggak kalian butuh bantuan buat memahami maksud dari kata-kata semacam ini?
Sebenarnya, aku sendiri termasuk orang Jepang yang suka menggunakan bahasa yang ambigu. Beberapa kali, karena kurang komunikasi, aku pernah terjebak masalah juga. Contohnya begini: “Ini tolong dikerjain ya, kalau bisa. Nggak harus hari ini sih, tapi kalau bisa paling telat minggu ini yaa.”
Aku sering memberi instruksi dengan bahasa seperti itu. Akibatnya, maksudnya jadi nggak jelas, dan teman-teman asing jadi nggak tahu kapan tepatnya harus menyelesaikan tugasnya. Alhasil, beberapa staf Jepang akhirnya harus kerja lembur sampai malam.
Nah, di artikel ini kita akan bahas dari mana asal usul bahasa Jepang yang ambigu ini, dan cara menghadapi situasi seperti ini ketika kalian ketemu kata-kata ambigu dari orang Jepang.
Empat Frase Ambigu dalam Bahasa Jepang
1. “Chotto”
Kalau ada yang bilang “chotto matte” (tunggu sebentar), berapa lama sebenarnya kita harus nunggu? Kadang “chotto” ini bisa berarti sebentar banget, tapi kadang malah lama. Bisa jadi cuma 1 menit, atau bahkan 10 menit.
2. “Dekireba”
Saat dibilang “dekireba ashita made ni dashite” (kalau bisa, serahkan besok), kita jadi bingung, apakah itu berarti benar-benar deadline atau cuma harapan aja. Biasanya ini cuma harapan, jadi nggak wajib-wajib banget.
3. “Narubeku”
Kalau dibilang “narubeku hayaku kite kudasai” (sebisa mungkin datang cepat ya), kita jadi bingung seberapa cepat seharusnya datang. Ungkapan ini berarti “datang secepat mungkin”, tapi nggak ada waktu pasti, jadi bikin bingung.
4. “Betsu ni”
Kalau ada yang bilang “betsu ni ki ni shinaide yo” (nggak usah dipikirin), kita bingung, beneran nggak peduli atau sebenarnya agak terganggu? Kata ini sering disalahpahami karena perasaan yang disampaikan agak ambigu.
Latar Belakang Keambiguan Bahasa Jepang
Keambiguan dalam bahasa Jepang datang dari budaya dan kebiasaan masyarakat Jepang. Jepang sangat menghargai “wa” (harmoni), dan hubungan antarorang sangat penting. Karena itulah, orang Jepang sering memilih kata-kata yang nggak terlalu langsung supaya nggak menyakiti perasaan lawan bicara. Makanya, mereka jarang bilang “tidak” secara langsung. Dengan begini, mereka bisa lebih memperhatikan lawan bicaranya.
Selain kata-kata, bahasa tubuh juga penting di Jepang. Misalnya, dengan mengangguk atau senyum, orang Jepang bisa menyampaikan maksud mereka. Jadi, walaupun kata-katanya ambigu, kita bisa mengerti maksudnya dari ekspresi wajah atau gerak tubuh mereka. Contohnya, saat bilang “chotto matte” sambil terlihat terburu-buru, berarti maksudnya nggak lama-lama.
Di Jepang, terdapat budaya mengutamakan kelompok. Sehingga lebih mengutamakan pendapat bersama dibanding pendapat individu. Inilah alasan mengapa banyak ungkapan ambigu dalam bahasa Jepang. Dengan keambiguan pula, ada fleksibilitas dalam interpretasi, dan komunikasi bisa jadi lebih lancar.
Cara Menghadapi Bahasa Jepang yang Ambigu
1. Perhatikan Konteks
Kalau muncul ungkapan ambigu, perhatikan situasi dan konteks percakapan. Misalnya, ketika ada yang bilang “chotto”, lihat situasi sekitarnya. Kalau terlihat terburu-buru, mungkin maksudnya sebentar banget.
2. Tanya Langsung
Kalau ketemu ungkapan yang nggak jelas, jangan ragu buat tanya. Misalnya, “Maksudnya gimana ya?” atau “Batas waktunya sampai kapan?” Orang Jepang menganggap bertanya itu penting, jadi santai aja untuk nanya.
3. Berteman dengan Orang Jepang
Punya teman orang Jepang juga penting. Dari mereka, kita bisa belajar soal ungkapan ambigu ini. Selain itu, kalau punya teman, kita juga lebih mudah untuk tanya dan komunikasi jadi lebih seru.
4. Perhatikan Bahasa Tubuh
Selain kata-kata, perhatikan juga bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan nada suara. Senyum, anggukan, atau desahan bisa menunjukkan apa yang mereka pikirkan atau rasakan.
Kesimpulan
Mengenal keambiguan bahasa Jepang di kantor itu penting. Bahasa Jepang memang banyak ungkapan ambigu, yang sebenarnya menunjukkan betapa mereka peduli pada lawan bicara. Dengan memahami keambiguan ini, kita bisa bekerja lebih lancar.
Awalnya mungkin terasa sulit, tapi kalau kita perhatikan situasi atau berani tanya, kita bisa tahu maksud sebenarnya. Misalnya, kalau atasan memberikan instruksi yang ambigu, penting untuk bertanya, “Maksudnya lebih rinci gimana ya?” Ini bisa mencegah kesalahpahaman dan memperlancar pekerjaan.
Selain itu, kita bisa lebih dekat dengan rekan kerja dan atasan dan bisa berkomunikasi dengan lebih menyenangkan. Dengan belajar budaya Jepang ini kita bisa lebih memahami maksud atau arti dari ungkapan yang ambigu.
Jadi, dengan menerima ungkapan ambigu dalam bahasa Jepang, bisa meningkatkan kemampuan komunikasi dan menjalani kehidupan di tempat kerja lebih menyenangkan. Semoga pengalaman kalian di Jepang jadi luar biasa!