Ketika tinggal di Jepang, Anda mungkin suatu saat akan diundang ke pernikahan teman atau rekan kerja. Acara pernikahan di Jepang sangat memegang tradisi dan budaya, serta dianggap sebagai momen yang sangat penting dalam hidup pasangan pengantin. Oleh karena itu, ada aturan khusus yang perlu diikuti oleh para tamu. Mengingat banyaknya perbedaan dengan kebiasaan di Indonesia, persiapan yang matang dapat membuat Anda merasa lebih percaya diri saat menghadiri upacara ini.

Artikel ini memberikan panduan tentang etiket dan perilaku yang perlu diketahui oleh warga Indonesia di Jepang agar dapat menghadiri pernikahan Jepang dengan baik dan sopan. Mari kita pahami budaya pernikahan Jepang dan rayakan momen istimewa ini dengan penuh rasa hormat!

Etika Membalas Undangan Pernikahan

Saat Anda menerima undangan pernikahan, balaslah dalam waktu 2–3 hari. Jika Anda terlambat membalas, segera beri tahu tuan rumah melalui telepon atau email. Isi kartu balasan dengan pena hitam (tinta permanen) dan hapus kata “行” (yuki) pada alamat pengirim dengan dua garis horizontal, lalu gantilah dengan “様” (Sama) sebagai bentuk penghormatan. Kata “ご出席”(Goshusseki) atau “ご欠席” (GoKesseki) sebaiknya dicoret bagian “ご”-nya karena bentuk penghormatan hanya untuk pengantin, bukan untuk diri sendiri. Lingkari pilihan kehadiran Anda, dan jika Anda akan hadir, tambahkan pesan ucapan selamat di kolom kosong. Jika tidak dapat hadir, tuliskan alasan secara singkat dan sopan.

Aturan Memberikan Uang Hadiah (Goshugi) 

Di Jepang, uang hadiah atau “goshugi” diberikan dalam jumlah tertentu, biasanya 30.000 hingga 50.000 yen. Jumlah ini tergantung pada hubungan Anda dengan pasangan dan usia Anda. Gunakan amplop khusus untuk goshugi, dan pilih amplop yang sesuai dengan nominal yang akan diberikan.

Sementara di Indonesia, pemberian amplop tidak memiliki patokan tertentu. Biasanya berkisar antara 1.000 hingga 3.000 yen (dalam mata uang rupiah), dan menggunakan amplop putih. Biasanya, amplop tersebut dimasukkan ke dalam kotak yang disediakan di pintu masuk.

Memahami perbedaan ini mungkin terasa membebani, tetapi hal ini menunjukkan seberapa penting tradisi goshugi di Jepang. Namun, jika Anda merasa jumlah tersebut memberatkan, bisa dibicarakan dengan teman yang mengundang Anda.

Pakaian yang Tepat 

Untuk wanita, pilihan busana termasuk gaun formal atau kimono. Jika mengenakan kimono, wanita lajang memakai furisode, sementara wanita yang sudah menikah mengenakan houmongi atau tsukesage. Gaun hitam polos sebaiknya dihindari karena bisa disalahartikan sebagai busana berkabung, jadi tambahkan aksesoris cerah untuk menyeimbangkannya.

Pria biasanya mengenakan setelan hitam atau gelap, kemeja putih, dan dasi formal berwarna putih atau perak. Jangan tampil mencolok atau lebih mencuri perhatian daripada pengantin. Pilih busana yang sederhana namun elegan.

Tata Krama pada Hari Pernikahan 

Mari kita tinjau perilaku yang sebaiknya diperhatikan pada hari pernikahan.

Tiba 15 Menit Sebelum Upacara 

Datanglah sekitar 20–30 menit sebelumnya, lalu selesaikan registrasi 15 menit sebelum acara dimulai. Anda bisa menitipkan barang di ruang penyimpanan atau memperbaiki riasan jika diperlukan.

Tata Krama di Meja Resepsionis 

Saat tiba di meja resepsionis, ucapkan “ Honjitsu wa Omedetou gozaimasu” (Selamat) kepada petugas. Serahkan amplop goshugi dengan kedua tangan, pastikan posisi amplop menghadap ke penerima. Setelah itu, tuliskan nama dan alamat Anda di buku tamu untuk melengkapi proses registrasi.

Makan di Pernikahan 

Hidangan di pesta pernikahan biasanya berupa menu ala Prancis. Patuhi etiket makan pada umumnya. Perhatikan kecepatan makan Anda, dan sesuaikan dengan tamu lain di meja Anda agar tidak terlalu cepat atau lambat.

Bagi teman-teman Muslim dari Indonesia, penting untuk memperhatikan makanan yang disajikan. Walaupun, dalam hal ini keputusan bisa berbeda tergantung pada pribadi muslim masing-masing. Jika ada pantangan seperti ini termasuk alergi, diskusikan terlebih dahulu dengan tuan rumah.

Kesimpulan

Pernikahan di Jepang memiliki banyak aturan, tetapi dengan persiapan yang matang, Anda akan lebih nyaman dan percaya diri saat menghadiri acara tersebut. Di Indonesia, biasanya pernikahan lebih terbuka untuk umum, sementara di Jepang, hanya tamu yang diundang yang dapat hadir.

Dengan memahami perbedaan budaya ini, Anda dapat menikmati momen spesial tersebut dengan lebih santai. Selamat merayakan pernikahan di Jepang!