Museum Shiki Memorial menyimpan sejumlah besar koleksi karya dari Masaoka Shiki, yang dikenal sebagai “Bapak Haiku Modern”. Museum ini tidak hanya menampilkan berbagai prestasi yang dicapai oleh Shiki, tetapi juga memberikan gambaran tentang kehidupan dan masa mudanya sebagai seorang pemuda yang penuh semangat.
Masaoka Shiki (1867-1902)

Nama asli Masaoka Shiki adalah Masaoka Tsunenori. Ia juga pernah dikenal sebagai Tokoronosuke dan Noboru di masa kecilnya, sementara Shiki adalah nama pena. Shiki adalah penyair haiku dan tanka serta peneliti sastra. Ia memperkenalkan penggunaan bahasa yang sederhana dan realistis dalam karya-karyanya, yang sangat mempengaruhi sastra modern Jepang. Shiki mendedikasikan hidupnya untuk mengembangkan haiku, yang membuatnya disebut sebagai Bapak Haiku Modern.
Selain itu, Shiki juga sangat antusias dengan olahraga bisbol yang baru masuk ke Jepang pada saat itu. Ia menerjemahkan aturan bisbol ke dalam bahasa Jepang dan memperkenalkan istilah-istilah yang masih digunakan hingga sekarang, seperti “dasha” (batter), “sousha” (runner), dan “chokkyuu” (fastball). Melalui kegiatan sastra seperti haiku, ia berkontribusi dalam memperkenalkan keberadaan bisbol ke seluruh negeri. Pada tahun 2002, ia masuk ke dalam Baseball Hall of Fame.
Apa Itu Haiku?
Haiku adalah puisi Jepang berbentuk tetap yang terdiri dari 17 suku kata dengan pola 5-7-5, dan sering dianggap sebagai puisi terpendek di dunia. Di Jepang, sejak zaman kuno, telah diciptakan puisi dengan pola 5-7-5-7-7 (tanka), dan koleksi “Manyoshu” yang disusun pada akhir abad ke-8 mencakup puisi-puisi dari abad ke-7. Pada Abad Pertengahan, muncul tren haikai renka, di mana beberapa orang bersama-sama menciptakan puisi dengan membagi bagian 5-7-5 dan 7-7, kemudian menggabungkannya menjadi satu rangkaian puisi.
Pada zaman Edo, bagian awal 5-7-5 (disebut hokku) dipisahkan menjadi bentuk puisi yang mandiri dan menjadi populer di kalangan kaum budaya dan orang-orang kaya. Di era Meiji, Masaoka Shiki menyempurnakannya menjadi bentuk puisi yang lebih sederhana dan mudah dinikmati oleh semua orang, yang kemudian dikenal sebagai “haiku.”
Museum Shiki Memorial memiliki ruang pameran tetap yang dibagi menjadi empat zona utama:
Kehidupan Masaoka Shiki

/Tepat di pintu masuk, pengunjung akan disambut dengan tulisan di batu nisan yang menampilkan tulisan dari Masaoka Shiki yang ia minta kepada temannya melalui surat untuk diukir pada batu nisannya. Permintaan ini dibuat pada tahun 1898, yaitu empat tahun sebelum ia meninggal. Dalam tulisan yang menceritakan tentang hidupnya, terdapat frasa “Meninggal pada tahun Meiji 30, usia 30 tahun,” yang menunjukkan bahwa ia telah menerima kenyataan bahwa dirinya tidak akan bisa hidup hingga usia 40 tahun.
Shiki kehilangan ayahnya pada usia 4 tahun, dan dibesarkan dalam kemiskinan bersama ibu dan tiga saudara perempuannya. Namun, kakeknya adalah seorang peneliti kanji/huruf China yang terkenal, sehingga ia tumbuh dengan menerima pendidikan terbaik. Ia memilih nama pena “Shiki” (untuk burung hototogisu) yang konon berkicau seolah-olah memuntahkan darah. Meskipun menderita penyakit parah, ia tetap melanjutkan kegiatan sastranya hingga menjelang akhir hayatnya. Kehidupan Shiki yang penuh perjuangan ini diperkenalkan melalui foto dan berbagai dokumen.
Lingkungan Tempat Tumbuh Shiki
Sejak zaman kuno, Matsuyama dikenal sebagai wilayah yang kaya budaya, di mana kaisar dan keluarga kerajaan sering mengunjungi Dogo Onsen, serta tempat yang disebutkan dalam puisi Manyoshu. Pada Abad Pertengahan, renga (puisi berantai) menjadi populer di kalangan para samurai. Kemudian, pada zaman Edo, penguasa domain Matsuyama sendiri mengundang guru untuk mempelajari haikai (puisi berirama 5-7-5), sehingga budaya haikai menyebar dan berakar kuat di seluruh wilayah domain tersebut.
Pada masa Restorasi Meiji, terjadi perubahan besar ketika pemerintahan shogun Edo runtuh dan sistem politik bergeser ke kekuasaan yang berpusat pada kaisar. Domain Matsuyama, yang merupakan kerabat dari keluarga Tokugawa shogun, dianggap sebagai musuh oleh pihak kaisar. Setelah restorasi, para samurai dan keluarga mereka menghadapi banyak kesulitan. Masaoka Shiki lahir dan tumbuh di Matsuyama sebagai anak dari mantan samurai domain Matsuyama dalam situasi yang penuh tantangan tersebut.
Masa Muda Shiki

Saat di sekolah dasar, ia mengadakan kelompok belajar bersama teman-temannya. Ketika masih bersekolah di tingkat SMP, ia mulai tertarik dengan politik dan menulis naskah pidato. Pada usia 16 tahun, ia memutuskan untuk mengejar impian menjadi seorang politikus dan pergi ke Tokyo dengan meminta bantuan dari kerabatnya. Di Tokyo, ia masuk ke Tokyo University Preparatory School (sekarang Universitas Tokyo).
Di sana, ia bertemu dengan sahabat seumur hidupnya, Natsume Sōseki, melalui hobi yang sama, yaitu menonton pertunjukan komedi tradisional (yose). Dalam buku harian Shiki, “Fudemakase”, yang mencatat kehidupannya dari usia 17 hingga 25 tahun, kita bisa mengetahui sisi nakal Shiki, seperti suka berbuat usil dan menyontek. Selain itu, ia juga sangat tertarik dengan baseball yang baru masuk ke Jepang pada saat itu, dan ia mengajarkannya kepada junior dan mahasiswa dari kampung halamannya. Ia tenggelam dalam penelitian sastra, meninggalkan banyak karya dan bahan referensi, serta menyebarkan pemikiran sastra dan “haiku” melalui artikel di surat kabar, yang dikenalkan kepada masyarakat luas.
Saat Natsume Sōseki menjadi guru di Matsuyama Junior High School, Shiki yang sedang menjalani pemulihan dari penyakit kembali ke Matsuyama dan tinggal bersama Sōseki di rumah kosnya selama 52 hari. Replika dari rumah kos tersebut, yang dinamakan “Gudabutsu-an” (diambil dari nama pena Sōseki dalam haiku “Gudabutsu”), kini dipamerkan. Pengunjung dapat masuk dan mengambil foto di dalamnya.
Ketika Shiki kembali ke Tokyo, Sōseki membantu membiayai perjalanan tersebut, namun Shiki menggunakan uang tersebut untuk bepergian ke Nara. Di sana, ia menciptakan haiku yang terkenal berikut ini:
柿食えば金が鳴るなり法隆寺
Kaki kue ba kane ga naru nari Hōryuji
(Ketika makan kesemek, lonceng berbunyi di Hōryūji.)
Dikatakan bahwa ini mungkin terinspirasi oleh haiku Sōseki.
鐘つけば銀杏散るなり建長寺(けんちょうじ)
Kane tsuke ba Icho chiru nari Kenchōji
(Ketika lonceng berbunyi, daun ginkgo berjatuhan di Kenchōji.)
Natsume Sōseki (1867–1902) adalah salah satu novelis paling terkenal di Jepang. Nama aslinya adalah Kinnosuke, dan Sōseki adalah nama pena yang ia gunakan saat menulis novel. Sebenarnya, Shiki memiliki 54 nama pena, termasuk “Take-no-sato-bito” (Orang dari Desa Bambu) dan “Nobōru” (Baseball), dan salah satu nama pena tersebut adalah “Sōseki.” Setelah kematian Shiki, Sōseki debut sebagai novelis di majalah *Hototogisu*, yang memiliki hubungan erat dengan Shiki.
Pencapaian Shiki

Pada usia 24 tahun, Shiki mengkritik haikai yang ada pada masa itu sebagai “tsukinami-chou” (pola yang biasa) dan memulai revolusi dalam haiku. Sejak saat itu, kata “tsukinami” yang berarti “bulanan” mulai digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang biasa dan membosankan.
Sebagai jurnalis untuk surat kabar “Nihon”, Shiki menerbitkan haiku dan artikel, serta dengan giat menerbitkan artikel sebagai kepala editor untuk surat kabar rumah tangga “Shō Nippon”. Meskipun menderita penyakit parah tuberkulosis tulang belakang yang membuat tubuhnya tidak bisa bergerak bebas, ia terus berkarya. Ia menulis “Bokujū Itteki” (Satu Tetes Tinta) dan “Gyōga Manroku” (Catatan Terbaring), serta terus menulis “Byōshō Rokushaku” (Enam Kaki di Tempat Tidur Sakit) hingga dua hari sebelum kematiannya.
Selain itu, Shiki juga menyukai menggambar dan sering melakukannya sambil berbaring di tempat tidur. Pada bulan September 1902, ia meninggalkan tiga haiku terakhir sebagai pesan terakhir sebelum meninggal;
Berikut adalah tiga *haiku* terakhir dari Masaoka Shiki beserta cara bacanya:
・糸瓜(へちま)咲いて痰(たん)のつまりし仏かな
Hechima saite tan no tsumari shi hotoke kana
(Hechima mekar, dan dahak yang tersumbat, seperti patung Buddha)
・痰一斗(いっと)糸瓜の水も間にあわず
Tan itto hechima no mizu mo ma ni awazu
(Dahak satu ember, air hechima pun tak cukup)
・をとといひのへちまの水も取らざりき
Ototoi hi no hechima no mizu mo torazariki
(Aku tidak mengambil air hechima, padahal sebelumnya aku mengatakannya)
Shiki minum air “hechima” (mentimun Jepang) yang diyakini dapat membantu meredakan batuk dan mengatasi masalah dahak.
Di lobby lantai satu, terdapat sebuah sudut yang merekonstruksi ruang kerja dari rumah Shiki-an (tempat Shiki menghabiskan masa-masa terakhirnya). Dari balik kaca di depan meja, terlihat kebun hechima (jenis mentimun Jepang). Pengunjung diperbolehkan untuk naik ke atas tatami dan mengambil foto di area ini.
Informasi: Museum Memorial Shiki
– Alamat: 1-30 Dogo, Matsuyama, Ehime, Jepang
– Jam Operasional: – Mei – Oktober: 09:00 – 18:00 (masuk terakhir pukul 17:30)
– November – April: 09:00 – 17:00 (masuk terakhir pukul 16:30)
– Hari Libur: Selasa (Jika hari libur jatuh pada Selasa, akan tutup hari berikutnya)
– Harga Tiket:
– Dewasa: 400 yen
– Pelajar SD, SMP, SMA: Gratis
– Usia 65 tahun ke atas: 200 yen (harus menunjukkan bukti usia)
– Catatan: Pengambilan foto di dalam ruang pameran tidak diperbolehkan kecuali di area yang sudah ditentukan.