Tahun ini, kami mengunjungi Aso di Prefektur Kumamoto untuk pertama kalinya bersama keluarga. Aso terkenal dengan gunung berapi aktifnya yang memiliki kaldera terbesar di dunia. Pemandangan kaldera yang mengelilingi Gunung Aso sangat memukau, menjadikannya salah satu destinasi wisata paling populer di Kyushu. Dalam perjalanan ini, kami menikmati keindahan alam dan kuliner khas Aso.

Asal Usul Aso

Daerah Aso di Kumamoto adalah salah satu tujuan wisata terkemuka di Jepang dengan pemandangan alam yang sangat langka di dunia. Yang paling mencolok adalah Gunung Aso yang memiliki kaldera terbesar di dunia. Kaldera ini terbentuk setelah empat letusan besar yang terjadi antara 90.000 hingga 9.000 tahun yang lalu. Aktivitas vulkanik besar tersebut masih dapat kita rasakan hingga kini, dengan kawah Nakadake yang terus mengeluarkan asap.
Kaldera Aso membentang sekitar 25 km dari timur ke barat dan 18 km dari utara ke selatan, dengan padang rumput yang luas di bagian dalamnya. Di sini banyak ditemukan peternakan kuda dan sapi.

Foto: Pemandangan Gunung Aso dari Stasiun Jalan “Aso No Sato Kugino”

Situs Web: Aso No Sato Kugino

Mengemudi di Aso Panorama Line

Kami memutuskan untuk mengemudi menuju Aso dan melalui Aso Panorama Line, salah satu jalur berkendara terpopuler di Kyushu. Jalur ini melintasi pusat kaldera Aso dan menawarkan pemandangan gunung yang menakjubkan.

Saat kami mulai naik ke gunung, cuaca mendung dan pandangan kami terbatas. Namun, begitu sampai di titik pandang Kusasenrigahama, awan mulai membuka dan pemandangannya berubah dramatis. Pemandangan panorama yang terbentang sangat mempesona, dengan padang rumput luas yang dihiasi danau kecil serta latar belakang Gunung Aso yang menjulang tinggi. Terdapat juga tur seperti trekking kuda yang memanfaatkan padang rumput ini, dan saya ingin mencoba ikut serta jika ada kesempatan.

Foto: Padang rumput luas yang terlihat dari Kusasenri Observatory.

Situs Web: Kusasenri Observatory

Pengalaman Mendalam di Kawah Nakadake

Tujuan berikutnya adalah Kawah Nakadake, yang terletak di pusat Gunung Aso. Kawah ini masih aktif hingga sekarang, dan akses ke area sekitar kawah sering dibatasi tergantung pada kondisi aktivitas vulkanik atau dampak gas vulkaniknya. Hari itu, apakah kami bisa mencapai kawah atau tidak masih belum pasti hingga sesaat sebelum dibuka pada pagi hari, tetapi saya merasa lega karena akhirnya kawasan tersebut dibuka.

Jalan dari tempat parkir menuju kawah dipenuhi pemandangan tanah abu-abu yang membentang luas, dengan bunker-bunker evakuasi tersebar di antara lanskap monokromatik tersebut.

Akibat letusan yang kadang-kadang terjadi, beberapa bunker evakuasi terlihat sebagian tertimbun, mengingatkan saya kembali akan ancaman yang ditimbulkan oleh gunung berapi. Karena arah angin, sebagian zona pengamatan tidak dapat diakses, namun pengalaman menyaksikan langsung kekuatan gunung berapi ini sangat mengesankan. Meski begitu, mungkin karena dampak gas vulkanik, saya sempat merasa sedikit sesak napas. Gas vulkanik dapat memengaruhi kesehatan, sehingga orang dengan kondisi fisik yang kurang baik atau memiliki penyakit tertentu perlu berhati-hati.

Kali ini, karena keterbatasan waktu, saya tidak sempat mampir ke Museum Gunung Berapi Aso. Namun, di museum tersebut, pengunjung dapat mempelajari aktivitas vulkanik Aso dan proses pembentukan kaldera. Dengan adanya pameran yang mendukung berbagai bahasa, museum ini sangat direkomendasikan untuk turis mancanegara.

Foto: Tampilan asap vulkanik yang terlihat dari area pengamatan kawah

Situs Web: Museum Gunung Berapi Aso

Bermain Air di Sumber Air Shirakawa

Setelah itu, kami mengunjungi Shirakawa Suigen, sebuah tempat terkenal dengan mata air jernih di Aso. Meskipun hari itu panas, suasana di dekat sumber air sangat sejuk dan menyegarkan. Air yang mengalir sangat jernih dan bisa diminum langsung. Di dekatnya, kami bermain air di sungai dengan sandal, menikmati dinginnya air yang menyegarkan. Kami juga mencicipi kuliner khas di dekat sana, seperti mochi warabi yang lembut dan segar, serta kopi dari air sumber yang sangat nikmat. Warabi mochi memiliki tekstur yang licin dan menyegarkan karena dingin, dengan rasa manis lembut yang menyebar di mulut. Kuliner khas yang diperkaya oleh alam Aso juga menjadi salah satu kesenangan dalam perjalanan ini.

Foto: Kuil Shirakawa Yoshimi yang dikenal sebagai dewa pelindung sumber air Shirakawa

Situs Web: Kuil Shirakawa Yoshimi

Akses ke Aso

Aso dapat dijangkau dari Kota Kumamoto dengan bus atau mobil. Untuk kenyamanan, disarankan menggunakan mobil agar lebih praktis.

Akses ke Kumamoto


Dari Osaka, perjalanan ke Kumamoto bisa ditempuh dengan Shinkansen dalam waktu sekitar 3 jam, atau pesawat dalam 1 jam. Sementara dari Tokyo, perjalanan menggunakan Shinkansen memakan waktu sekitar 6 jam, atau pesawat sekitar 4,5 jam.

Akses dari Kumamoto ke Aso (Sarana Transportasi Umum)

Dari Kumamoto, kita bisa menggunakan bus untuk mengunjungi berbagai tempat wisata utama di Aso, seperti Museum Vulkan Aso dan Kusasenrigahama.

Untuk mencapai kawah Nakadake, turunlah di Terminal Bus Gunung Aso dan gunakan Shuttle Bus Kawah Aso. Namun, akses ke area ini dapat dibatasi tergantung pada level kewaspadaan erupsi atau kondisi gas vulkanik. Informasi mengenai pembatasan ini diumumkan setiap pagi tepat sebelum jam operasional dimulai. (Pada musim dingin, informasi diumumkan pada pukul 9 pagi, sementara di luar musim dingin, pada pukul 8:30 pagi.)

Referensi:

Peta Transportasi Umum Aso: https://www.city.aso.kumamoto.jp/tourism/event_tourist/public_transportation_map/

Aso Mountain Shuttle Bus: https://www.kyusanko.co.jp/aso