Selamat sore. Terima kasih banyak sebelumnya sudah mau berpartisipasi sebagai salah satu narasumber artikel すかSUKI. Kalau boleh tahu, Dina san asalnya dari mana?

Saya berasal dari Cilacap, Jawa Tengah. Pendidikan terakhir S1 jurusan Tarbiyah di STAIN IAIN Purwokerto. Sebenarnya dulu saya ingin mengambil TIK tapi orang tua lebih menyarankan saya di sana dengan alasan lebih dekat dari rumah dan biayanya yang terjangkau karena kampus negeri.

Tarbiyah ya. Tapi kalau dipikir-pikir kan tidak ada kaitannya dengan Jepang ya. Hehe Tapi kenapa pada akhirnya bisa kerja di Jepang sebagai Ginou Jisshuusei?

Dulu nikah tahun 2014, dan sekarang dikaruniai seorang anak. Saat KKN saya cuti kuliah. Kenapa pada akhirnya saya bisa ke Jepang karena suami saya keluar dari pekerjaannya yang lama, dan apa boleh buat kami pun tidak punya penghasilan. Saat itu saya usaha jual beli handphone tapi untuk biaya hidup masih kurang. Saat itu, suami dapat info lowongan kerja ke Jepang. Suami lebih menyarankan saya yang pergi. Awalnya saya merasa berat dan setengah hati karena belum pernah sama sekali pergi merantau.

Tapi saya salut dengan keberaniannya untuk mencoba hal baru. Lalu setelah itu bagaimana prosedurnya hingga bisa lulus tes?

Karena saya belum pernah sama sekali beajar Bahasa Jepang, jadi saat saya mengikuti tes di salah satu LPK di Bandung, saya hanya bermodalkan hafalan Jikoshoukai dalam bahasa Jepang. Saat itu dibutuhkan 24 orang dan saya masuk hanya sebagai cadangan jika ada calon magang yang tidak jadi berangkat. Tes yang pertama sempat gagal, tapi di tes yang kedua alhamdulillah saya bisa diterima. Karena saat itu saya masih menyusun skripsi, jadi satu bulan sbelum mengikuti pelatihan di Bandung saya mnyelesaikan dulu skripsi selama satu bulan. Sedangkan berangkat ke Jepangnya satu minggu setelah wisuda.

Memangnya pelatihan di Lembaga Pengiriman Pemagang itu berapa lama?

Lamanya pelatihan di Bandung adalah 2 bulan setengah, dari bulan Oktober sampai Desember. Selama di sini, saya diajarkan bahasa Jepang, dan melatih fisik seperti harus olahraga atau lari setiap pagi. Dan makanan pun terjaga karena disediakan langsung.

Apa saja kendala yang kamu hadapi selama menjalani pelatihan?

Kendala selama pelatihan tentunya kangen anak, karena di sana tidak boleh pegang handphone. Hanya boleh sabtu sore sampai senin saja, jadinya ya agak sedih. Kadang berantem juga dengan peserta lain soal masalah sepele karena kami tinggal di asrama yang sudah disediakan dari perusahaan, jadi tidak heran banyak hal yang bisa bersinggungan dikarenakan latar belakang setiap orang yang berbeda.

Untuk mengikuti tesnya bayar tidak?

Untuk tesnya sendiri tidak bayar, tapi setelah dinyatakan lolos baru bayar untuk biaya selama pelatihan. Biayanya sendiri berbeda-beda tergantung LPK nya, untuk gambaran mungkin antara 11 juta an. Pembayarannya pun beda-beda ada yang setengahnya dibayar di awal untuk biaya makan dan sebagainya, dan biaya sisanya dibayarkan sebelum berangkat ke Jepang. Kecuali biaya medical check up dan VISA itu kita bayar sendiri.

Saat sedang menjalani pelatihan

Lalu bagaimana dengan respon orang tua kalau kamu akhirnya memutuskan pergi magang ke Jepang?

Reaksi orang tua tentunya takut dan khawatir tapi karena masa ke Jepang itu satu tahun, akhirnya dengan berat orang tua pun mengijinkan.

Reaksi wajar orang tua terhadap anaknya tentu saja khawatir, tapi yang paling penting kita bisa meyakinkan mereka. Apakah kamu punya planning setelah pulang lagi ke Indonesia?

Niatnya saya ingin membuka counter, tapi pada kenyaataannya, karena hanya pergi selama setahun jadi tidak cukup. Tapi dengan uang tabungan selama di jepang ditambah nenkin (tunjangan) sekarang saya bisa membuat rumah.

Saat berangkat ke Jepang dengan siapa?

Berangkat ke jepang 8 orang dari LPK, yang nantinya kerja di pabrik yang sama.

Kalau boleh tahu, apa pekerjaan kamu selama ada di Jepang?

Saya kerja bidang digital packing. Packing bahan makanan, seperti sayuran atau minuman.

Bagaimana dengan tempat tinggal kamu di sana?

Selama di sana tinggal di rumah seperti asrama dengan yang lain, dan pulang pergi dijemput kendaraan dari kantor.

Bersama teman satu tempat kerja

Apa saja sih kesulitan yang kamu hadapi selama bekerja di sana?

Awalnya saya kesulitan beradaptasi dengan pekerjaan. Karena jam kerjanya panjang, jadi harus kuat secara fisik dan mental. Karena aktivitasnya itu itu saja jadinya terasa monoton. Tapi untuk pekerjaan, dengan beberapa bulan saja sudah terbiasa, jadi terasa lebih ringan.

Ya apapun kalau untuk pertama kali pasti terasa berat ya. Kalau Jam kerjanya seperti apa?

Jam kerjanya; minggu sampai kamis dan jumat libur, kadang sabtu lembur setengah hari.

Saya pikir dibandingkan dengan pekerjaan yang lain cukup enak ya, karena masih punya waktu libur untuk bersantai. Nah, kalau libur aktivitas apa yang biasa dilakukan?

Awal-awal karena belum tahu banyak tempat, biasanya saya habiskan dengan kumpul bareng teman seasrama atau belanja bahan makanan untuk stok selama seminggu ke depan. Kadang saya juga sengaja jalan-jalan dengan teman-teman pergi ke Nagoya, festival di Kobe, dan masih banyak lagi.

Menyempatkan jalan-jalan ditengah kesibukan kerja

Kalau sudah di Jepang sayang ya kalau tidak jalan-jalan mengenal budaya di sana. Sekarang pertanyaannya sedikit sensitif nih, hehehe. Gaji yang didapat selama sebulannya kira-kira berapa ya?

Penghasilan perbulan berbeda-beda dan musim juga sangat berpengaruh. Biasanya pendapatan di musim panas lebih banyak dibandingkan musim-musim yang lain, dan pendapatan yang paling sedikit adalah di musim dingin. Gaji paling besar yang saya dapatkan dalam Yen, sekitar 17 ribu man (170.000 yen), dan paling kecil 9 man (90.000) sudah dipotong biaya lain-lain. Untuk makan kami mendapat jatah beras dari kantor.

Dengan penghasilan sebesar itu, apakah cukup untuk memenuhi semua kebutuhan?

Kalau untuk biaya hidup perbulan tergantung kebutuhan juga, kalau saya biaya makan satu bulan 2 man (20.000 Yen) sudah cukup tapi belum termasuk transport. Dari penghasilan itu saya kirim ke rumah sekitar 6 man (60.000 Yen) dan sisanya saya tabung untuk jaga-jaga.

Berarti semua tergantung life style nya ya. Mungkin ada juga orang yang tidak cukup dengan penghasilan sebesar itu, tapi yang penting kita syukuri saja.
Kalau bisa saya bilang, Dina san ini kan orang Indonesia pada umumnya yang memang tidak memiliki basic kebahasaan dan ketertarikan yang dalam tentang buadaya Jepang. Lalu bagaimana sih caranya kamu bisa tetap bergaul dengan orang Jepang?

Saya juga di awal-awal sangat canggung dan malu pakai bahasa Jepang. Tapi justru saat saya mencoba menyapa, respon mereka yang positif membuat saya kagum. Mereka tetap ramah dan peduli walaupun saya memakai bahasa Jepang seadanya. Karena bagi saya, belajar selama 2 bulan setengah saat pelatihan itu tidak cukup.

Akhirnya sedikit demi sedikit saya mulai terbiasa berkomunikasi dengan orang Jepang. Mungkin dibandingkan teman-teman saya yang lain, saya punya teman orang Jepang lebih banyak.

Saat komunikasi saya biasa menggunakan bahasa Jepang bentuk futsuu (biasa) terdengarnya seperti lebih akrab, padahal saya tidak tahu sama sekali bahasa sopannya. Walaupun sudah pernah belajar di pelatihan tentang pola kalimat dan sebagainya, tapi saya tidak mengerti cara penggunaannya. Tapi saat di Jepang justru saya lebih ngeh cara pakainya.

Takoyaki Party di rumah teman orang Jepang

Betul ya, bahasa lebih mudah diingat kalau langsung dipraktekkan.
Selama ada di sana, hal apa yang paling berkesan?

Hal yang paling berkesan adalah, saya bisa punya teman baru, lingkungan baru, bisa pergi ke tempat yang belum pernah terpikirkan sebelumnya, bisa lihat sakura, momiji, salju, dan lain-lain. Dan yang paling penting adalah saya punya teman orang jepang yang sangat peduli. Ada yang mengundang saya main ke rumahnya, bahkan dikenalkan juga dengan keluarganya.

Dulu saya dikenal pendiam dan pemalu, tapi saat di Jepang saya beranikan untuk menyapa dan berkomunikasi dengan orang Jepang, bertukar kontak dan belajar bahasa Jepang dengan mereka. Saya pun suka membuatkan mereka makanan seperti bubur kacang ijo, dan dengan kedekatan itu saya jadi merasa tidak sepi.

Kalau begitu harus dijaga baik-baik hubungannya ya. Biasanya kalau pergi main dengan orang Jepang ke mana saja?

Biasanya saya diajak ke tempat wisata yang masih sangat kental budayanya seperti Nara dan karena mereka juga sambil menjelaskan tentang budaya tersebut, saya jadi belajar banyak walaupun apa yang mereka jelaskan tidak semuanya bisa saya tangkap.

Biasanya saya diajak ke tempat wisata yang masih sangat kental budayanya seperti Nara dan karena mereka juga sambil menjelaskan tentang budaya tersebut, saya jadi belajar banyak walaupun apa yang mereka jelaskan tidak semuanya bisa saya tangkap.

Karena kemarin hanya satu tahun, jadi hanya bisa merasakan kondisi Jepang, sakura, momiji maupun salju hanya sekali saja. Tentunya belum puas dan ingin kembali lagi ke sana.

Kalau Dina san sendiri, dulu kenal Jepang dari mana? Dan bagaimana image Jepang saat sebelum dan sesudah ke Jepang?

Iya memang dulu saya tidak tahu sama sekali tentang Jepang. Hanya tahu bahwa Jepang adalah salah satu negara yang dulu pernah menjajah Indonesia. Tapi saat sudah ada di sana saya benar-benar salut karena saat saya pernah pingsan di tempat saya bekerja, mereka sampai memanggil ambulance padahal menurut saya tidak seberapa. Kesigapannya itulah yang membuat saya salut. Image Jepang yang dulu dan yang sekarang di mata saya sangat berbeda.

Iya memang dulu saya tidak tahu sama sekali tentang Jepang. Hanya tahu bahwa Jepang adalah salah satu negara yang dulu pernah menjajah Indonesia. Tapi saat sudah ada di sana saya benar-benar salut karena saat saya pernah pingsan di tempat saya bekerja, mereka sampai memanggil ambulance padahal menurut saya tidak seberapa. Kesigapannya itulah yang membuat saya salut. Image Jepang yang dulu dan yang sekarang di mata saya sangat berbeda.

Yang terakhir nih, pesan-pesan buat pembaca yang mungkin punya masalah dan kondisi yang sama.

Pesan saya kalaupun kalian ada di posisi yang paling rendah, dimana dalam hal pelajaran pun orang lain lebih mudah mengerti karena lebih muda, tapi jangan patah semangat dan berusaha terus! Jika lupa atau tidak tahu beranikan diri untuk bertanya pada orang Jepang dan jangan hanya diam saja. Justru dengan praktek bahasa Jepang dengan orang Jepang langsung, jadi lebih cepat paham. Jangan takut salah, karena mereka juga pasti memaklumi dan malah membetulkan bahasa Jepang kita. Semangat terus!

Yang paling penting adalah memberanikan diri ya! Karena langkah pertama biasanya terasa lebih berat.
Terima kasih banyak Dina san! Sukses selalu!
Buat kalian yang mungkin memiliki pengalaman yang sama dengan Dina san, bisa kalian jadikan referensi juga tuh. Tidak ada batasan usia untuk terus belajar. Ganbatte!
Ternyata Dina san juga punya Channel lho! Mampir ke channelnya ya…

Kawaii Nafisah Dina

Pewawancara : Aririn