Bagi warga Indonesia yang sedang merantau di Jepang, Ramadhan di Jepang tentu berbeda dengan di Indonesia. Ketika melaksanakan puasa ramadhan di Indonesia, akan banyak ditemui penjual makanan yang menjual makanan di jam-jam menjelang buka puasa. Sedangkan, di Jepang yang tidak terdapat bulan Ramadhan di kalendernya, selama 24 jam kita akan melihat pemandangan makanan yang menggoda iman. Selain terdapat godaan dari makanan-makanan yang terlihat lezat, aktivitas sehari-hari di Jepang juga lebih sibuk dan melelahkan dibandingkan ketika di Indonesia. Bagi orang Indonesia yang pertama kali menjalankan ibadah puasa ramadhan di Jepang, tentu akan tercengang dengan durasi puasa yang lebih panjang ketika bulan ramadhan jatuh di musim panas atau di pergantian musim semi ke musim panas. Dengan kondisi sehari-hari yang sangat melelahkan dan durasi puasa 3 sampai 4 jam lebih panjang, terkadang akan muncul perasaan ragu “Hari ini bisa puasa penuh tidak ya?”

 
Berdasarkan pengalaman pribadi, niat adalah kunci utama untuk tetap bisa menjalankan ibadah puasa ramadhan di Jepang dengan kehidupan sehari-hari yang luar biasa sibuk dan durasi puasa yang lebih panjang. Selain itu, walaupun durasi puasa ramadhan ketika jatuh di musim panas lebih panjang daripada di Indonesia, durasi yang sangat panjang tersebut tidak terasa apabila kita menjalani aktivitas yang sibuk.

 
Hal yang membedakan puasa di Jepang lainnya yaitu kita tidak akan mendengar suara adzan masjid maupun bedug kalau tidak pergi ke masjid. Bagi umat muslim yang tinggal di sekitar Tokyo yang ingin merasakan nuansa Ramadhan bersama teman-teman muslim lainnya masih bisa menjalankan puasa dengan nuansa Ramadhan ke salah satu masjid terdekat. Selama satu bulan penuh Ramadhan diselenggarakan iftar (berbuka puasa) bersama di masjid tanpa dipungut biaya a.k.a gratis. Selain bisa menjalin silaturahim dengan teman-teman muslim lainnya, rindu menjalankan ibadah puasa Ramadhan di Indonesia akan sedikit terobati. Inilah, beberapa dokumentasi iftar bersama di salah satu masjid di Tokyo setelah Sholat Maghrib berjamaah.

 
Kita tidak perlu takut untuk puasa di negara minoritas muslim dengan aktivitas super padat dan durasi puasa yang lebih panjang. Karena puasa Ramadhan akan lebih berkesan di kondisi antimainstream.