Haloo nama saya chyntiana setiawan, panggil saja chyntia. Saya lahir dan besar di pinggiran kota bandung. Sejak kecil memang sudah punya minat yang besar terhadap Jepang. Saya mengambil jurusan Bahasa Jepang di Universitas Nasional PASIM Bandung di tahun 2010. Kalau dulu waktu masih kecil hobi saya nonton anime, tapi seiring berjalannya waktu dan saya dewasa, saya lebih suka yang realistis jadi hobi nya beralih nonton drama dan Boyband korea.

Alasan saya belajar Bahasa Jepang karena waktu saya masih dibangku SMA, saya suka sekali dengan anime dan setelah melsayakan sedikit research ala anak-anak gitu ya…(hehe) ternyata Japanese speaker itu masih sangat kurang di Indonesia, sedangkan perusahaan Jepang banyak yang sudah invest di Indonesia. Awalnya orang tua saya menentang keras untuk ambil jurusan Bahasa Jepang karena macam-macam hal yang tidak bisa dijelaskan. Akhirnya saya mencoba untuk menjelaskan kalau prospek kedepannya cerah dan menjanjikan (walaupun saat itu saya sedikit sok tahu), dan akhirnya saya diizinkan dengan syarat IPK harus tinggi.

Saya pertama kali ke Jepang di tahun 2018 bulan September melalui Japan Intership program dari pemerintah Jepang, “Japan internship program dari jetro (METI)” saya stay di prefecture Yamaguchi, kota Nagato selama 3 bulan. Untuk Japan Intership program nya sendiri saya diberi tahu oleh teman se grup beasiswa korea di whatsapp, dan saya coba cari tau. Programnya bagus dan tidak terlalu panjang jangka waktu di Jepangnya. Kebetulan saat daftar mepet ke hari terakhir kerja sebelum libur lebaran, ditambah isian formulir dan pertanyaan essaynya banyak sekali. Untung nya saya udah punya essay untuk beasiswa lain, jadi cukup copy paste dan edit sedikit. Alhamdulillah sekali.

Saya pertama kali ke Jepang di tahun 2018 bulan September melalui Japan Intership program dari pemerintah Jepang, “Japan internship program dari jetro (METI)”
saya stay di prefecture Yamaguchi, kota Nagato selama 3 bulan. Untuk Japan Intership program nya sendiri saya diberi tahu oleh teman se grup beasiswa korea di whatsapp, dan saya coba cari tau. Programnya bagus dan tidak terlalu panjang jangka waktu di Jepangnya. Kebetulan saat daftar mepet ke hari terakhir kerja sebelum libur lebaran, ditambah isian formulir dan pertanyaan essaynya banyak sekali. Untung nya saya udah punya essay untuk beasiswa lain, jadi cukup copy paste dan edit sedikit. Alhamdulillah sekali.

Sebelum pergi ke Jepang, tentunya harus mempersiapkan mental dan tidak lupa minta doa’ orang tua haha… karena sebagai muslim, saya punya banyak aturan yang wajib di taati, tapi yang paling berat itu adalah waktu ibadah dan juga makanan. Karena di Jepang jarang sekali ada fasilitas ruang sholat dan makanan halal. Walaupun ada beberapa teman saya yang berpendapat bahwa selama itu ayam dan sapi (bukan babi) itu masih boleh dimakan. Tapi saya pribadi memegang teguh aturan yang menyebut kan bahwa hewan yg disembelih oleh bukan orang muslim, itu tidak halal. Jadi saya lebih memilih jadi vegetarian / hanya makan seafood. Hal ini yang harus di pertimbangkan matang-matang sebelum memutuskan pergi ke Jepang.

Selain masalah mental, paling persiapannya bawa obat-obatan pribadi karena kalau sakit di sana kan susah (haha) belum tentu cocok obatnya sama orang indoensia. Terus bawa jaket tebal karena kebetulan saya pergi di musim gugur.

Taman Nagato yang bersih enak untuk berjalan-jalan

Kesan pertama saat tiba di Jepang adalah masalah cuaca nya. Saat pertama kali datang panasnya seperti di Jakarta, tapi saat malem suhu nya seperti di Lembang, drastis sekali, saya sampe shock kok bisa berubah secepat itu ya hahaha. Dan karena saya pergi melalui internship program pemerintah. Saat pertama datang, selama 3 hari diadakan training di Chiba. Perserta 30 orang dari seluruh dunia dan tidak semua bisa Bahasa Jepang, tidak semua bisa Bahasa inggris. Jadi kadang kalau ada kerja kelompok itu rame dan bingung. Seneng pokok nya.

ersama-sama. Dan selama di Jepang, saya bekerja Di hotel Yokikan, prefecture Yamaguchi, kota Nagato. Tempatnya cukup terpencil. Selama saya bekerja di sini, saya menterjemahkan website hotel Bahasa Jepang ke Bahasa Iinggris, research mengenai pariwisata asia tenggara dan asia timur, membuat pamphlet wisata berbahasa inggris mengenai daerah wisata sekitar hotel, membuat buku panduan dalam Bahasa Jepang mengenai makanan halal & wisatawan muslim, dan membantu front office membuat dokumen berbahasa Inggris.

Saya bekerja dari jam 08.00-05.00, jalan kaki ke kantor sekitar 10 menit. Agenda keseharian saya saat libur paling nonton tv, liat youtube, belanja isi kulkas di anter pihak hotel pakai mobil ke swalayan terdekat. Karena di tempat saya mau ke mana-mana jauh, dan tidak ada transportasi umum (percaya tidak Jepang masih punya tempat yang tidak ada transportasi umumnya? Beneran lho saya ajah shock).

Kendala yang dihadapi saat berada di Jepang makanan halal, daging halal, dan semua makanan yang di jual di swalayan itu walaupun itu cuman chiki atau yang judul nya ramen rasa seafood tetap saja ada babinya atau campuran daging nya. Jadi saya tidak bisa makan. Terutama rasa makanan Jepang (kecuali yg manis kyk cake & roti ya.. itu enak banget) tidak cocok dengan lidah. Saya memutuskan masak sendiri dengan bumbu yg dibawa dari Indonesia tapi tetep saja rasanya tidak seenak ketika masak di Indonesia, karena minyak di Jepang hanya ada minyak sayur bukan minyak kelapa, jadi nya masak apapun kurang gurih walaupun pakai bumbu Indonesia.

Waktu sholat, dan fasilitas wudhu itu jarang sekali, jadi sering tayamum dan sholat di mana saja. Dan kadang saya juga mendapat komentar dari orang Jepangnya masalah makanan halal dan waktu sholat yang menurut mereka itu ribet dan susah banget. Yah terima saja lah ya, itu resiko saya datang ke Jepang.

Selama di Jepang, gaji tidak di bayarkan oleh pihak hotel/host company, tapi semua intern diberi tunjangan 4000 yen perhari dari pemerintah Jepang. Dan di sana hanya saya sendiri dari Indonesia.

Kalau dihitung, biaya hidup di Jepang kira-kira sekitar 40.000 yen. Karena tidak ada biaya trnasportasi sama sekali, tidak ada biaya main di weekend, tidak ada biaya jajan-jajan di hari libur/ pulang kerja (pengen tapi tidak bisa pergi juga). Hanya butuh biaya makan dan nyetok buah buahan.

Tapi saya ada kesempatan pergi ke Hiroshima mengunjungi teman semasa kuliah diantar host company ke station dan di jemputlagi, sekita 3 hari 2 malam. Habis biayanya 50.000 yen lah hahaha mahal di shinkansen dan beli oleh oleh.
Kalau ada waktu senggang, saya biasa video call dengan keluarga.

Kendala yang paling sulit terutama masalah makanan halal , waktu sholat dan belum lagi masalah kerudung pasti kemanapun pergi diliat orang, karena terpencil tempatnya jadi mugnkin di Yamaguchi hanya saya yang pakai kerudung. Ya kalau ga inget saya di kasih uang yen sama pemerintah mungkin saya bakal sedih huhuhu.

Terlalu sepi untuk bisa disebut sebuah kota dan jarang transportasi umum

Bersyukur juga pergi dari program pemerintah, karena pihak pemerintah Jepang protect dan care juga sama kita, jadi host company punya batasan kalau nyuruh kerja. Tapi jika saya menghadapi kesulitan, saya biasa cerita ke keluarga atau teman seprogram yg sama-sama di tempat terpencil tanpa transportasi.

Overall, program yang ditawarkan pemerintah Jepang ini bagus banget, baguuuuuussss banget, dan amaaan.. kita bisa berkeluh kesah pada pemerintah lho. Karena dalam 3 bulan ada kunjungan ke host company untuk melihat keadaan kita baik atau tidak. Dan ada jadwal training untuk host company dan intern di tengah-tengah program. Pokoknya pergi melalui program ini rekomendasi banget lah.. bagus untuk pengalaman apalagi anak sastra Jepang. Cuman uang nya ga terlalu besar, ambil ilmu dan have fun nya ajah di Jepang. Challenge buat diri kita survive di negara orang. Sendirian dan hanya sendiri. Saat pulang banyak kenangan yang dulu bikin sebel tapi sekarang jadi lucu kayak ke katroan kita sama alat-alat yang otomatis.

Untuk yang terakhir, siapkan mental, pikirkan resiko dari segi agama dan budaya. Kalau sudah mantap dan bersedia menerima apapun resikonya silahkan bekerja di Jepang. Jangan karena gajinya besar semangat kerja di Jepang, penderitaan nya juga besar sih. Untung dan penderitaan sama sama besar. Kecuali kalau 1 tempat banyak orang indonesianya mungkin lebih nyaman.